Selasa, 20 Maret 2012

KONFLIK, KOLABORASI dan NEGOSIASI

KONFLIK, KOLABORASI DAN NEGOSIASI
By : Muhlisin Nalahudin
A.  Pengertian dan Sejarah Terjadinya Manajemen Konflik
Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. (Marquis dan Huston, 1998).
Konflik timbul akibat ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran, dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber daya, serta kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, penindasan, dan kejahatan. Masing-masing tingkat tersebut saling berkaitan, membentuk sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan untuk menghadirkan perubahan, baik yang konstruktif maupun yang dekstruktif.
Konflik terjadi sudah dimulai sejak seratus tahun yang lalu, dimana konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi dalam organisasi. Namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang harus dihindarkan. Kalau staf diarahkan terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara langsung supaya masalah tidak menumpuk dan bertambah banyak. Manajemen konflik yang konstruktif akan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu fenomena utama, komunikasi yang terbuka melalui pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran serta tanggung jawab yang menguntungkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan.

B.   Penyebab konflik
1)   Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2)   Hambatan komunikasi
3)   Tekanan waktu
4)   Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5)   Pertikaian antar pribadi
6)   Perbedaan status
7)   Harapan yang tidak terwujud

C.  Kategori konflik
1.    Intrapersonal.
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Akibat dari kompetisi peran, misalnya, manajer mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekaryaan, dan loyalitas kepada pasien.
2.    Interpersonal.
Konflik terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Misal, manajer sering mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahan.
3.    Antarkelompok.
Konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang, departemen,  atau organisasi. Misalnya, hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas.

D.  Proses konflik
1.    Konflik laten.
Konflik yang terjadi terus menerus dalam suatu organisasi. Misal, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Memicu ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, konflik kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2.    Konflik yang dirasakan.
Konflik terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. 
3.    Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang dilaksanakan menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian konflik.
4.    Resolusi konflik.
Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya. Dengan prinsip “win-win solution”
5.    Konflik “aftermath”.
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesainya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar jika tidak segera diatasi.

E.   Langkah-langkah Penyelesaian konflik
1.    Pengkajian
v  Analisis situasi. Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, lakukan pengumpulan fakta pengkajian lebih mendalam, siapa yang terlibat dan peran masing-masing, tentukan situasinya jika dapat diubah.
v  Analisis dan mematikan isu yang berkembang. Jelaskan masalah dan perioritas fenomena yang terjadi, tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian, hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
v  Menyusun tujuan. Jelasakan tujuan spesifik yang akan dicapai.

2.    Identifikasi
v  Mengelola perasaan. Hindari respon emosional : marah, sebab setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
3.    Intervensi   
v  Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
v  Menyelesaikan metode dalam menyelesaikan konflik. Memerlukan metode yang berbeda-beda. Pilih metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

F.    Strategi penyelesaian konflik
1.    Kompromi atau Negosiasi
Strategi penyelesaian konflik semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. “lose-lose situation” kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat.
2.    Kompetisi
Strategi “win-lose” sebagai penyelesaian konflik. Hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. 
3.    Akomodasi
Seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang.
4.    Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik. Individu yang terlibat berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introfeksi diri.
5.    Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik ini menyadari tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini dipilih bila ketidak ada sepakatan dan membahayakan kedua belah pihak.
6.    Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”  dalam kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan.

G.  NEGOSIASI
Menurut Marquis dan Huston, (1998) Negosiasi yaitu suatu pendekatan yang kompetitif. Negosiasi dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi untuk menyelesaikan konflik. Berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Menurut Smeltzer, (1991) ada dua tipe dasar negosiasi :
1)     Setiap orang menang (kooperatif).
2)     Hanya satu orang yang menang (kompetitif).
Sebagai negotiator penting untuk :
1)     Memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.
2)     Meminimalkan kekalahan, bagi yang kalah tetap dapat mengikuti tujuan bersama.
3)     Membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil organisasi.

1.    Sebelum Negosiasi
a.    Tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum memulai negosiasi :
1)     Masalah harus dapat dinegosiasikan.
2)     Negotiator harus tertarik  terhadap “take and give” selama proses negosiasi.
3)     Harus saling percaya.
b.    Langkah-langkah sebelum melaksanakan negosiasi :
1)     Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin, karena pengetahuan adalah kekuatan.
2)     Dimana manajer harus memulai, karena tugas manajer melakukan kompromi, mereka harus memilih tujuan yang utama.
3)     Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efektifitas dan efisiensi.
4)     Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda negosiasi dapat ditawarkan jika alternatif negosiasi tidak dapat disepakati. 

2.    Selama Negosiasi
1)     Filih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2)     Dengarkan dengan seksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
3)     Berfikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan.
4)     Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda. Konsentrasi dan perhatikan.
5)     Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi yang disampaikan pada saat negosiasi.
6)     Hindarkan untuk menyalahkan orang lain  terhadap konflik yang terjadi.
7)     Jujur.
8)     Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan suatu penyelesaian yang baik.
9)     Jangan langsung menyetujui terhadap solusi yang ditawarkan, tetapi berfikir dan mintalah waktu untuk menjawabnya.
10) Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar.
11) Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12) Bersabarlah.

H.  Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi
1.    Lakukan
1)       Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang lain.
2)       Perlakukanlah orang lain sebagai teman dalam menyelesaikan masalah bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3)       Ingat bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
4)       Dengarkan dengan baik-baik apa yang akan dikatakan dan apa yan tidak. Perhatikan pergerakan tubuhnya.
5)       Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6)       Antisipasi penolakan.
7)       Tahu apa yang dapat anda berikan.
8)       Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
9)       Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat dengan pendapat anda.
10)   Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11)   Hati-hati ! anda mempunyai suatu kekuasaan untuk mrmutuskan.
12)   Pergunakan pergerakan tubuh jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat.
13)   Konsisten terhadap sesuatu yang anda anggap benar.



2.    Hindari
1)       Sikap yang tidak baik, sinis, kasar dan menyepelekan.
2)       Trik yang tidak baik, manipulasi.
3)       Distorsi.
4)       Tergesa – gesa dalam proses negosiasi.
5)       Tidak berurutan.
6)       Membuat hanya satu pilihan.
7)       Memaksakan kehendak.
8)       Berusaha menekankan pada satu pendapat.

Referensi
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses. Philadelpia : JB. Lippincott.

Nursalam, (2008) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.

Smeltzer, C (1991) The Art of Negosiation: an Everyday Experience. J Nurse Administration.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar