KONFLIK,
KOLABORASI DAN NEGOSIASI
By :
Muhlisin Nalahudin
A. Pengertian
dan Sejarah Terjadinya Manajemen Konflik
Konflik
adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
(Marquis dan Huston, 1998).
Konflik timbul akibat ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan
kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran, dan akses yang tidak
seimbang terhadap sumber daya, serta kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian
menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengangguran, kemiskinan,
penindasan, dan kejahatan. Masing-masing tingkat tersebut saling berkaitan,
membentuk sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan untuk menghadirkan
perubahan, baik yang konstruktif maupun yang dekstruktif.
Konflik
terjadi sudah dimulai sejak seratus tahun yang lalu, dimana konflik adalah
suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi dalam organisasi.
Namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik diindikasikan sebagai suatu
kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang harus dihindarkan. Kalau staf
diarahkan terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan
ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara langsung supaya masalah tidak
menumpuk dan bertambah banyak. Manajemen konflik yang konstruktif akan
menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu fenomena
utama, komunikasi yang terbuka melalui pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran
serta tanggung jawab yang menguntungkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan.
B.
Penyebab konflik
1) Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2) Hambatan komunikasi
3) Tekanan waktu
4) Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak
masuk akal
5) Pertikaian antar pribadi
6) Perbedaan status
7) Harapan yang tidak terwujud
C. Kategori
konflik
1. Intrapersonal.
Konflik yang terjadi pada individu sendiri.
Akibat dari kompetisi peran, misalnya, manajer mempunyai konflik intrapersonal
dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekaryaan,
dan loyalitas kepada pasien.
2. Interpersonal.
Konflik terjadi antara dua orang atau lebih
dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Misal, manajer sering mengalami
konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahan.
3. Antarkelompok.
Konflik terjadi antara dua atau lebih dari
kelompok orang, departemen, atau
organisasi. Misalnya, hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas.
D. Proses
konflik
1. Konflik
laten.
Konflik yang terjadi terus menerus dalam suatu
organisasi. Misal, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat.
Memicu ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, konflik kadang tidak
nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik
yang dirasakan.
Konflik terjadi karena adanya sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah.
3. Konflik
yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik sengaja dimunculkan untuk dicari
solusinya. Tindakan yang dilaksanakan menghindar, kompetisi, debat, atau
mencari penyelesaian konflik.
4. Resolusi
konflik.
Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan
semua orang yang terlibat didalamnya. Dengan prinsip “win-win solution”
5. Konflik
“aftermath”.
Konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesainya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar jika
tidak segera diatasi.
E.
Langkah-langkah Penyelesaian konflik
1. Pengkajian
v Analisis
situasi. Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang
diperlukan, lakukan pengumpulan fakta pengkajian lebih mendalam, siapa yang
terlibat dan peran masing-masing, tentukan situasinya jika dapat diubah.
v Analisis
dan mematikan isu yang berkembang. Jelaskan masalah dan
perioritas fenomena yang terjadi, tentukan masalah utama yang memerlukan suatu
penyelesaian, hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
v Menyusun
tujuan. Jelasakan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2. Identifikasi
v Mengelola
perasaan. Hindari respon emosional : marah, sebab setiap orang
mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
3. Intervensi
v Masuk
pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Identifikasi hasil
yang positif yang akan terjadi.
v Menyelesaikan
metode dalam menyelesaikan konflik. Memerlukan metode yang berbeda-beda. Pilih
metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
F.
Strategi penyelesaian konflik
1. Kompromi
atau Negosiasi
Strategi penyelesaian konflik semua yang
terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. “lose-lose
situation” kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang
telah dibuat.
2. Kompetisi
Strategi “win-lose” sebagai penyelesaian
konflik. Hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan
yang kalah.
3. Akomodasi
Seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan,
dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang.
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan
cara mengurangi komponen emosional dalam konflik. Individu yang terlibat
berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
introfeksi diri.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan
masalah. Strategi ini dipilih bila ketidak ada sepakatan dan membahayakan kedua
belah pihak.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win
solution” dalam kolaborasi, kedua
unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai
suatu tujuan.
G. NEGOSIASI
Menurut
Marquis dan Huston, (1998) Negosiasi yaitu suatu pendekatan yang kompetitif.
Negosiasi dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi untuk menyelesaikan
konflik. Berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu
mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Menurut
Smeltzer, (1991) ada dua tipe dasar negosiasi :
1) Setiap
orang menang (kooperatif).
2) Hanya
satu orang yang menang (kompetitif).
Sebagai
negotiator penting untuk :
1) Memaksimalkan
kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.
2) Meminimalkan
kekalahan, bagi yang kalah tetap dapat mengikuti tujuan bersama.
3) Membuat
kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil organisasi.
1. Sebelum
Negosiasi
a. Tiga kriteria
yang harus dipenuhi sebelum memulai negosiasi :
1) Masalah
harus dapat dinegosiasikan.
2) Negotiator
harus tertarik terhadap “take and
give” selama proses negosiasi.
3) Harus
saling percaya.
b. Langkah-langkah
sebelum melaksanakan negosiasi :
1) Mengumpulkan
informasi tentang masalah sebanyak mungkin, karena pengetahuan adalah kekuatan.
2) Dimana
manajer harus memulai, karena tugas manajer melakukan kompromi, mereka harus
memilih tujuan yang utama.
3) Memilih
alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efektifitas dan
efisiensi.
4) Mempunyai
agenda yang disembunyikan. Agenda negosiasi dapat ditawarkan jika alternatif
negosiasi tidak dapat disepakati.
2. Selama
Negosiasi
1) Filih fakta-fakta
yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2) Dengarkan
dengan seksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
3) Berfikirlah
positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang
disampaikan.
4) Upayakan
untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda. Konsentrasi
dan perhatikan.
5) Selalu diskusikan tentang konflik yang
terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi yang disampaikan pada saat negosiasi.
6) Hindarkan untuk
menyalahkan orang lain terhadap
konflik yang terjadi.
7)
Jujur.
8)
Usahakan
bersikap bahwa anda memerlukan suatu penyelesaian yang baik.
9)
Jangan langsung
menyetujui terhadap solusi yang ditawarkan, tetapi berfikir dan mintalah waktu
untuk menjawabnya.
10) Jika kedua belah pihak menjadi marah atau
lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar.
11) Dengarkan dan tanyakan
tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12) Bersabarlah.
H. Kunci
Sukses dalam Melakukan Negosiasi
1. Lakukan
1)
Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang
lain.
2)
Perlakukanlah
orang lain sebagai teman dalam menyelesaikan masalah bukan sebagai musuh.
Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3)
Ingat bahwa
setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika anda dapat
menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
4)
Dengarkan dengan baik-baik apa yang akan dikatakan dan
apa yan tidak. Perhatikan
pergerakan tubuhnya.
5) Lakukan sesuatu yang sederhana,
tidak berbelit-belit.
6)
Antisipasi
penolakan.
7) Tahu apa yang dapat anda
berikan.
8)
Tunjukkan
beberapa alternatif pilihan.
9) Tunjukkan keterbukaan dan
ketaatan jika orang lain sepakat dengan pendapat anda.
10)
Bersikaplah asertif,
bukan agresif.
11) Hati-hati ! anda
mempunyai suatu kekuasaan untuk mrmutuskan.
12) Pergunakan pergerakan
tubuh jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat.
13) Konsisten terhadap
sesuatu yang anda anggap benar.
2. Hindari
1)
Sikap yang tidak baik, sinis, kasar dan menyepelekan.
2) Trik yang tidak baik, manipulasi.
3) Distorsi.
4) Tergesa – gesa dalam proses negosiasi.
5) Tidak berurutan.
6) Membuat hanya satu pilihan.
7) Memaksakan kehendak.
8) Berusaha menekankan pada satu pendapat.
Referensi
Marquis,
B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses.
Philadelpia : JB. Lippincott.
Nursalam,
(2008) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Smeltzer,
C (1991) The Art of Negosiation: an Everyday Experience. J Nurse Administration.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar